Bagi pencinta tembang lawas era 1970-an, tentunya lagu “Senja di Kaimana” yang dibawakan penyanyi Alfian sudah tak asing lagi di telinga. Lagu yang menceritakan tentang keindahan senja di Kaimana, Papua Barat itu membuat rasa penasaran siapa saja untuk menyaksikan langsung senja saat berada di Kaimana. Kota Kaimana adalah sebuah kota pemekaran baru di pantai selatan Tanah Papua. Kaimana dulunya adalah bagian dari pada Kabupate FakFak, namun pada tahun 2004 silam Kaimana di mekarkan menjadi sebuah daerah administratif sendiri. Kaimana memiliki luas wilayah 18.500 km² dan berpenduduk sebanyak 26.703 jiwa (2000). Kaimana memiliki begitu banyak potensi sumber daya alam. Yang paling membanggakan masyarakat kaimana adalah fenomena alam Kaimana pada saat senja. Begitu sangat indah sehingga kaimana dijuluki sebagai kota Senja. Kaimana selain dikenal karena senjanya yang indah, Kaimana juga di kenal sebagai Kerajaan Ikan, karena, memiliki 937 jenis ikan karang, termasuk 14-16 jenis baru dan endemis/khas Kaimana. Selain ikan, Kaimana juga memiliki sekitar 492 jenis karang, termasuk 6 jenis baru yang juga endemis Kaimana serta terdapat 27 jenis udang mantis, termasuk 3 spesies baru, 2 di antaranya endemis Kaimana. Hal lain yang menarik adalah, bahwa dalam waktu sekitar 3 hari menyelam, dapat menemukan 16 ekor penyu hijau, dan 14 ekor penyu sisik serta dapat melihat rata-rata 6 penyu bertelur dalam semalam.
Kota Kaimana, Papua Barat ternyata bukan hanya melegenda dengan lagunya “Senja Di Kaimana”. Keindahan lautnya menyimpan sejuta pesona dan tak akan bosan mata memandangnya. Objek wisatanya adalah Teluk Triton, Pasir putih Buruway serta satu yang tak kalah menarik adalah adanya situs kerangka Burung Garuda yang memiliki bentangan sayap sepanjang 6 meter, kerangka tersebut terletak di kampung Namatota. Dari Kota Kaimana untuk menuju Teluk Triton sangat mudah, hanya memerlukan waktu 1,5 jam. Bagi pencinta wisata bahari, perjalanan ini tentunya sangat menyenangkan melalui Tanjung Bicari yang bergelombang, Selat Erana yang saat ini lebih dikenal dengan nama Selat Namatota, karena di situ terdapat Pulau Namatota. Tampak sebuah gunung berbentuk ikan paus. Uniknya, pada stalaktit gunung itu terdapat lukisan–lukisan yang menggambarkan matahari, tangan manusia, dan juga tengkorak manusia. Oleh masyarakat di sini, tempat ini dianggap sakral dan mereka tidak tahu pasti kapan lukisan ini dibuat. Jadi pulau ini menyimpan banyak misteri. Tidak itu saja, setiap pukul 08.00-12.00, bila kondisi cuaca bagus dan laut dalam keadaan flat atau tenang, terdapat sekelompok ikan paus dan lumba-lumba asyik mencari makan dan mereka sangat aktif bermain bersama kelompoknya. Tempat ini dikatakan ‘restorannya’ ikan paus dan lumba–lumba, karena tempat ini adalah fishing bank (bank ikan-red). Di sini, wisatawan juga bisa melihat ikan mangiwang atau ikan yang lebih dikenal dengan nama hiu bodoh. Disebut hiu bodoh karena ikan ini hanya berjalan di atas pasir dengan siripnya dan makanannya hanya ebi (udang kecil).
Bagi penggemar diving dan snorkeling, tempat ini merupakan kawasan wisata yang menarik. Karang–karang di Teluk Triton ini terkenal dengan soft coral atau karang lunak. Berdasarkan hasil survei CI Kaimana, ditemukan 868 jenis ikan karang, termasuk 10-14 jenis baru (10-13 endemik). Keanekaragaman hayatinya dapat terlihat dari jenis ikan karang FakFak/Kaimana yang mencapai 959 spesies, bank heal seascape (BHS) sebanyak 1.323 spesies, termasuk 24 yang endemik. Jenis karang FakFak/Kaimana berjumlah 471 spesies, ditambah 16 spesies baru dan BHS 560 spesies. Jenis udang mantis FakFak/Kaimana ada 28 spesies dan BHS 57 spesies, termasuk delapan yang endemik, sedangkan berdasarkan coral reef fish diversity index, diprediksi ada sekitar 1.194 jenis ikan karang di areal Fakfak, Kaimana. Selain itu, juga ada 234 jenis ikan karang yang biasanya menjadi target foodfish, komersial maupun tradisional. Banyaknya biota laut dan jenis ikan ini membuat tempat ini juga sangat cocok untuk arena memancing. Teluk Triton bukan hanya menarik sebagai wisata bahari, tetapi juga wisata budaya perpaduan budaya lokal dan luar. Banyak cerita dan legenda yang bisa didapat di daerah ini, termasuk legenda tenggelamnya kapal China pada saat Dinasti Ming. Kapal Inggris juga dikabarkan pernah tenggelam di wilayah ini. Perjalanan lebih mengasyikkan jika melanjutkan ke Pulau Umbrom yang banyak pasir putihnya. Jadi bila ingin berenang, mampir saja di Pulau Umbrom. Untuk menjaga agar Teluk Triton dan laut di Perairan Kaimana tetap lestari dan menjadi objek wisata laut, Pemerintah Daerah (Pemda) Kaimana menetapkan luas wilayah laut 597.747 hektare yang dihitung sejauh empat mil laut dari garis pantai laut terluar sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD). Sebuah konsep tentang pemanfaatan laut yang teratur dan bertujuan untuk menjaga supaya kekayaan alam, terutama laut dan sekitarnya tetap lestari dan terjaga sampai generasi anak cucu kita nanti. Seperti slogan yang dicanangkan Kabupaten Kaimana untuk menjaga kekayaan alamnya, yakni kalo bukan kitong sapa lagi, kalo bukan sekarang kapan lagi?
Bila Anda ingin ke Kaimana dan ingin menyaksikan senja di sana, pemandangan sebelum matahari terbenam itu dapat Anda saksikan di daerah Coa pada bulan Agustus. Menurut warga Kaimana, pada bulan Agustus keindahan senjanya biasanya sangat fantastis, langit Kaimana akan berwarna merah. Uniknya, bentuk langitnya akan selalu berubah–ubah dan tidak terpaku pada satu bentuk dan warna saja. Mau percaya atau tidak, masyarakat Kaimana juga mempercayai sejumlah cerita, seperti cerita dari Pulau Aiduma, di mana setiap hari Jumat tepat pukul 11.00 selalu muncul serombongan ikan yang dipimpin ikan paus, kemudian diikuti lumba-lumba dan serombongan ikan lainnya. Mereka akan menuju Pulau Namatota. Dahulu ada Kerajaan Namatota yang penduduknya beragama Islam. Rombongan ikan itu menuju Pulau Namatota untuk mengambil air wudlu.
No comments:
Post a Comment