بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد :
Tugas menyediakan bahan makanan dan air minum bagi jamaah haji merupakan hal yang sangat sulit pada waktu itu. Untuk mengatasi kesulitan air tersebut, Abdul Muthalib berencana untuk menggali kembali sumur (zam-zam) yang telah lama tertimbun. Ini adalah pekerjaan sulit dan banyak memerlukan tenaga. Pada waktu itu Abdul Muthalib baru mempunyai seorang anak saja, Harith. Sedangkan untuk minta bantuan orang lain sukar diharapkan.
Untuk melaksanakan rencana tersebut Abdul Muthalib berdoa agar diberi anak yang banyak. Bahkan ia bernadzar akan menyembelih salah seorang anaknya untuk kurban bila doanya dikabulkan. Beberapa tahun kemudian lahirlah anak-anaknya, di antaranya adalah Abu Thalib, Abbas, Abu Lahab, Zubair, dan Abdullah. Penggalian sumur pun dapat dilaksanakan oleh Abdul Muthalib dengan bantuan putra-putranya.
Setelah penggalian sumur selesai, Abdul Muthalib berniat melaksanakan nadzarnya, yaitu menyembelih salah seorang putranya sebagai kurban. Dengan disaksikan banyak orang, Abdul Muthalib membawa anak-anaknya ke dekat Ka’bah, lalu diundi siapa yang akan dijadikan kurban. Dari undian itu ditentukan bahwa Abdullah yang akan di-kurban-kan.
Abdul Muthalib kemudian membawa Abdullah ke tempat penyembelihan di dekat sumur zam-zam, dan bersiap-siap untuk menyembelih Abdullah. Masyarakat menentang rencana Abdul Muthalib. Mereka menyarankan agar menghubungi perempuan ahli nujum di Yatsrib. Di hadapan wanita ini dilakukan undian lagi, yang akhirnya Abdullah tidak jadi disembelih. Sebagai gantinya disembelih 100 ekor unta. Peristiwa ini menjadikan nama Abdul Muthalib dan Abdullah terkenal di seluruh tanah Arab. Tidak lama kemudian Abdullah menikah dengan Aminah dan tinggal di Mekkah.
Wallahu a`lam.
No comments:
Post a Comment