Penelitian baru yang dilakukan di Universitas McMaster menunjukkan bahwa wanita yang bersaing untuk mendapatkan perhatian pria menjadi lebih agresif terhadap wanita lain yang mereka pandang sebagai saingan seksual, adegan yang biasanya sering kita saksikan di acara sinetron TV atau film.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Aggressive Behaviour ini, mengeksplorasi kompetisi wanita dari perspektif evolusi, menunjukkan bahwa hal ini bukan hanya sebuah fenomena di televisi, tetapi juga terjadi di tempat-tempat kerja dan sekolah.
Tim peneliti dari Universitas McMaster dan Ottawa merekam bagaimana para mahasiswi – antara usia 17 dan 28 tahun – bereaksi terhadap mahasiswi muda yang menarik yang memasuki ruangan dalam pakaian yang cukup provokatif.
Ketika mengenakan jeans, t-shirt dan khaki sederhana, seorang mahasiswi sangat sulit menjadi perhatian. Namun ketika ia mengenakan rok berpotongan atas rendah dan mini, perempuan lain lebih mungkin untuk menggeser mata mereka atau menatapnya. Ketika dia meninggalkan ruangan, banyak yang tertawa dan mengejek penampilannya.
Sekelompok wanita yang terpisah kemudian diminta untuk melihat rekaman video itu dan memberi peringkat pada reaksi masing-masing peserta dalam hal agresi. Hasilnya menunjukkan bahwa hampir semua wanita bermusuhan terhadap perempuan yang berpakaian dengan cara provokatif. Para wanita yang menarik menjadi sasaran ejekan verbal dan non-verbal.
“Penelitian ini mungkin membantu menjelaskan mengapa media populer, yang sering menggambarkan perempuan yang berlomba-lomba memperoleh perhatian laki-laki, telah seperti menjadi basis audiens perempuan yang kuat,” jelas Aanchal Sharma, lulusan dari Departemen Psikologi, Neuroscience & Perilaku, yang melakukan studi sebagai bagian dari riset doktor. “Pada tingkat tertentu, konflik dan komentar adalah hal yang menarik untuk pemirsa wanita, karena mereka mampu mengenali situasi yang digambarkan.”
Menelusuri temuan teori evolusi, artikel ini menunjukkan bahwa perempuan sulit mendeteksi setiap bentuk perilaku dan penampilan yang memberi sinyal ketersediaan seksual yang, pada gilirannya, bisa mengurangi tingkat keinginan mereka sendiri. Terlibat dalam agresi merupakan suatu cara agar dapat menghindari pesaing.
Temuan ini berimplikasi lebih luas tentang anak-anak nakal yang sering jadi pengganggu siswa lainnya di sekolah, kata Sharma.
“Telah ada banyak tekanan untuk reformasi kebijakan pendidikan dalam menanggapi pengganggu siswa sebagai isu yang berkembang. Pekerjaan kami memberikan dukungan terhadap akar konflik bawaan perempuan,” katanya. “Meskipun kita mungkin tidak dapat mencegah pikiran negatif dan emosi yang mendorong konflik di antara perempuan, penelitian ini tentu menjadi titik awal untuk mengenali asal-usul perilaku dan menginformasikan faktor-faktor apa yang perlu dipertimbangkan dalam proses resolusi.”
No comments:
Post a Comment